Sabtu, 03 Februari 2018

Menjaga Lisan

Kisah berikut cukup popular. Dalam sebuah buku harian, Sultan Murad IV (1612-1640) berkisah tentang kekalutan hatinya di suatu malam. Rasa itu tidak tertahankan, sehingga dia merasa perlu memanggil kepala pengawal  dan memberitahu apa yang dia rasakan.
“ mari kita keluar sejenak,” ajak sultan yang diiyakan oleh kepala pengawal awal itu. Diantara kebiasan sultan adalah blusukan dimalam hari dengan cara menyamar.
Mereka berdua lantas pergi hingga tiba disebuah lorong sempit, tiba tiba ada mayat laki-laki tergeletak ditanah. Sultan memerikasa lelaki itu. Sudah meninggal. Heran, orang orang yang melintas tidak ada yang peduli. Juga,  tidak ada yang mengenali sultan. Makanya, ketika sultan memanggil orang orang yang lalu lalang disitu, mereka malah balik bertanya, “Apa yang engkau inginkan?”
Sultan menjawab, “Mengapa orang ini meninggal tetapi tidak satupun dari kalian mau mengangkat jenazahnya?siapa dia?dimana keluarganya?”
Mereka berujar, “ini orang zindik, suka menenggak minuman keras dan berzina.”
Sultan menimpali, “Tetapi bukankah dia termasuk umat Muhammad? Ayo angkat jenazahnya, dan kita bawa kerumahnya!”
Mereka manut. Suasana mengharukan segera terjadi ketika jenazah tiba dirumahnya. Melihat suami meninggal, istrinya langsung menangis. Tetapi orang orang yang membawa jenazah tadi bergegas pergi. Hanya tinggal sultan dan kepala pengawalnya yang berada disitu.
Dalam suasana demikian, sambil menangis, wanita itu berucap kepada jenazah suaminya, “Semoga  Allah merahmatimu, wahai wali alllah! Aku bersaksi bahwa engkau termasuk orang yang saleh.”

Sultan murad kaget dan berkata, bagaimana mungkin dia termasuk wali allah. Sementara orang orang bilang tentang dia begini dan begitu, sampai mereka juga tidak peduli dengan kematiannya.”
Wanita itu segera menjawab, “Aku sudah menduga hal itu. Sungguh, suamiku setiap malam pergi ke penjual khamar. Lantas dia membeli seberapa banyak yang bias dia beli, kemudian membawanya kerumah dan menumpahkan seluruh khamar ke toilet dan berkata. “Semoga aku dapat meringankan keburukan khamar dari kaum muslimin.”
“suamiku juga selalu pergi kepada pelacur, memberinya uang dan berkata, “Malam ini kau kubayar dan jangan kau bukakan pintu rumahmu untuk melacur hingga pagi. “ Kemudian suamiku kembali kerumah dan berujar , “semoga dengan itu aku dapat meringankan keburukan pelacur pada pemuda pemuda muslim mala mini.”
 Sebagian orang menyaksikan dan mengetahui bahwa suamiku membeli khamar dan masuk rumah pelacur. Lantas mereka membicarakan suamiku keburukan. Pernah suatu hari aku berkata kepada suamiku,  “ seandainya engkau mati tidak akan ada yang memandikanmu, menshalatkanmu, dan menguburkanmu”, suamiku tersenyum lalu menjawab, “ jangan khawatir sayangku! Pemimpin kaum muslimin yang akan menshalatkanku beserta para ulama dan para pembesar negri lainnya.”
Tiba tiba mata sultan basah. Dia menangis. “Suamimu benar. Demi allah aku adalah sultan Murad Ar-rabi, sultan turki utsmani dan besok kami akan memandikan suamimu,menshalatkannya , dan menguburkannya.
Mahasuci allah! Betapa sering kita menilai orang hanya dengan melihat penampilan luarnya, bahkan hanya sekedar mendengar omongan orang. Seandainya kita mampu bersikap bijak dengan memandang dan menilai orang lain dari kebersihan hatinya, niscaya lisan kita akan kelu dari menceritakan keburukan orang lain.
Dan lihat lah nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam memperingatkan diakhir wasiat beliau kepada Mu’adz bin jabal radhiallahu anhu ia berkata “Wahai Rasulullâh! Jelaskan kepadaku amal perbuatan yang memasukkanku ke surga dan menjauhkanku dari neraka?” Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sungguh, engkau telah bertanya tentang sesuatu yang besar, namun itu mudah bagi orang yang dimudahkan oleh Allah Azza wa Jalla di dalamnya, yaitu: engkau beribadah kepada Allah Azza wa Jalla dan tidak mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun, melaksanakan shalat, membayar zakat, berpuasa Ramadhan, dan haji ke Baitullah.” Kemudian Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Maukah engkau aku tunjukkan pintu-pintu kebaikan? Puasa adalah perisai, sedekah memadamkan kesalahan sebagaimana air memadamkan api, dan shalat seseorang di tengah malam.” Kemudian Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam membaca firman Allah Azza wa Jalla , “Lambung mereka jauh dari tempat tidurnya, mereka berdoa kepada Rabb-nya dengan rasa takut dan penuh harap, dan mereka menginfakkan sebagian dari rezeki yang Kami berikan kepada mereka. Maka, tidak seorang pun mengetahui apa yang disembunyikan untuk mereka yaitu (bermacam-macam nikmat) yang menyenangkan hati sebagai balasan terhadap apa yang mereka kerjakan.” (as-Sajdah/32:16-17). Kemudian Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Maukah engkau aku jelaskan tentang pokok segala perkara, tiang-tiang, dan puncaknya?” Aku berkata, “Mau, wahai Rasulullâh.” Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Pokok segala perkara adalah Islam, tiangnya adalah shalat, dan puncaknya adalah jihad.” Kemudian Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Maukah engkau aku jelaskan mengenai hal yang menjaga itu semua?” Aku menjawab, “Mau, wahai Rasulullâh.” Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam memegang lidahnya kemudian bersabda, “JAGALAH INI (lidah).” Aku berkata, “Wahai Nabiyullâh, apakah kita akan disiksa karena apa yang kita katakan?” Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Mudah-mudahan Allah Azza wa Jalla menyayangi ibumu, wahai Mu’adz! bukanlah manusia terjungkir di neraka di atas wajah mereka atau beliau bersabda: di atas hidung mereka melainkan dengan sebab lisan mereka.” Diriwayatkan oleh at-Tirmidzi. Di shahihkan Al-albani)
Semoga saya dan anda termasuk orang orang yang Allah mudahkan untuk menjaga lisan. Saya tidak sedang ceramah tidak pula sedang menggurui.
Saya hanya ingin menasehati diri sendiri dan pembaca, serta mengajak untuk tidak mengatakan sesuatu apupun atas diri seseorang yang tidak engkau ketahui atas dirinya. Bisa jadi orang yang engkau anggap hina justru mulia di sisi Allah dan sebaliknya orang yang engkau anggap baik justru amat buruk dimata Allah. Dan jika engkau melihat keburukan atas diri seseorang nasihatilah dengan cara yang benar dan baik sebagaimana yang allah contohkan allah berfirman: “pergilah kamu berdua kepada fir’aun, sesunguhnya ia telah melampaui batas. Maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata kata yang lemah lembut, mudah mudahan ia ingat dan takut”.(q.s.At-thoha:43-44). Tentu saja telah kita ketahui bagaimana sifatnya fir’aun, selevel fir’aun saja allah perintahkan nabi musa untuk menasihatinya secara lemah lembut, lalu bagaimana dengan sesama muslim patutkah engkau cela?.

referensi penulisan:
Buku “Allah pun tertawa meihat kita” karya M.Husnaini
 Buku “Panduan amal sehari semalam” karya Abu ihsan Al atsari & Ummu Ihsan
 Almanhaj.or.id

0 komentar:

Posting Komentar

 

Pengikut