Kisah berikut
cukup popular. Dalam sebuah buku harian, Sultan Murad IV (1612-1640) berkisah
tentang kekalutan hatinya di suatu malam. Rasa itu tidak tertahankan, sehingga
dia merasa perlu memanggil kepala pengawal
dan memberitahu apa yang dia rasakan.
“ mari kita keluar
sejenak,” ajak sultan yang diiyakan oleh kepala pengawal awal itu. Diantara
kebiasan sultan adalah blusukan dimalam hari dengan cara menyamar.
Mereka berdua
lantas pergi hingga tiba disebuah lorong sempit, tiba tiba ada mayat laki-laki
tergeletak ditanah. Sultan memerikasa lelaki itu. Sudah meninggal. Heran, orang
orang yang melintas tidak ada yang peduli. Juga, tidak ada yang mengenali sultan. Makanya,
ketika sultan memanggil orang orang yang lalu lalang disitu, mereka malah balik
bertanya, “Apa yang engkau inginkan?”
Sultan menjawab,
“Mengapa orang ini meninggal tetapi tidak satupun dari kalian mau mengangkat
jenazahnya?siapa dia?dimana keluarganya?”
Mereka berujar,
“ini orang zindik, suka menenggak minuman keras dan berzina.”
Sultan menimpali,
“Tetapi bukankah dia termasuk umat Muhammad? Ayo angkat jenazahnya, dan kita
bawa kerumahnya!”
Mereka manut.
Suasana mengharukan segera terjadi ketika jenazah tiba dirumahnya. Melihat
suami meninggal, istrinya langsung menangis. Tetapi orang orang yang membawa
jenazah tadi bergegas pergi. Hanya tinggal sultan dan kepala pengawalnya yang
berada disitu.
Dalam suasana
demikian, sambil menangis, wanita itu berucap kepada jenazah suaminya,
“Semoga Allah merahmatimu, wahai wali
alllah! Aku bersaksi bahwa engkau termasuk orang yang saleh.”
Sultan murad kaget
dan berkata, “bagaimana mungkin dia termasuk wali
allah. Sementara orang orang bilang tentang dia begini dan begitu, sampai
mereka juga tidak peduli dengan kematiannya.”
Wanita itu segera
menjawab, “Aku sudah menduga hal itu. Sungguh, suamiku setiap malam pergi ke
penjual khamar. Lantas dia membeli seberapa banyak yang bias dia beli, kemudian
membawanya kerumah dan menumpahkan seluruh khamar ke toilet dan berkata.
“Semoga aku dapat meringankan keburukan khamar dari kaum muslimin.”
“suamiku juga
selalu pergi kepada pelacur, memberinya uang dan berkata, “Malam ini kau kubayar dan jangan kau bukakan pintu rumahmu
untuk melacur hingga pagi. “ Kemudian suamiku kembali kerumah dan berujar ,
“semoga dengan itu aku dapat meringankan keburukan pelacur pada pemuda pemuda
muslim mala mini.”
Sebagian orang menyaksikan dan mengetahui
bahwa suamiku membeli khamar dan masuk rumah pelacur. Lantas mereka
membicarakan suamiku keburukan. Pernah suatu hari aku berkata kepada suamiku, “ seandainya engkau mati tidak akan ada yang
memandikanmu, menshalatkanmu, dan menguburkanmu”, suamiku tersenyum lalu
menjawab, “ jangan khawatir sayangku! Pemimpin kaum muslimin yang akan
menshalatkanku beserta para ulama dan para pembesar negri lainnya.”
Tiba tiba mata
sultan basah. Dia menangis. “Suamimu benar. Demi allah aku adalah sultan Murad
Ar-rabi, sultan turki utsmani dan besok kami akan memandikan
suamimu,menshalatkannya , dan menguburkannya.
Mahasuci allah!
Betapa sering kita menilai orang hanya dengan melihat penampilan luarnya,
bahkan hanya sekedar mendengar omongan orang. Seandainya kita mampu bersikap
bijak dengan memandang dan menilai orang lain dari kebersihan hatinya, niscaya
lisan kita akan kelu dari menceritakan keburukan orang lain.
Dan lihat lah nabi
Shallallahu ‘alaihi wa sallam memperingatkan diakhir wasiat beliau kepada Mu’adz
bin jabal radhiallahu anhu ia berkata “Wahai
Rasulullâh! Jelaskan kepadaku amal perbuatan yang memasukkanku ke surga dan
menjauhkanku dari neraka?” Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Sungguh, engkau telah bertanya tentang sesuatu yang besar, namun itu mudah
bagi orang yang dimudahkan oleh Allah Azza wa Jalla di dalamnya, yaitu: engkau
beribadah kepada Allah Azza wa Jalla dan tidak mempersekutukan-Nya dengan
sesuatu pun, melaksanakan shalat, membayar zakat, berpuasa Ramadhan, dan haji
ke Baitullah.” Kemudian Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Maukah
engkau aku tunjukkan pintu-pintu kebaikan? Puasa adalah perisai, sedekah
memadamkan kesalahan sebagaimana air memadamkan api, dan shalat seseorang di
tengah malam.” Kemudian Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam membaca firman
Allah Azza wa Jalla , “Lambung mereka jauh dari tempat tidurnya, mereka berdoa
kepada Rabb-nya dengan rasa takut dan penuh harap, dan mereka menginfakkan
sebagian dari rezeki yang Kami berikan kepada mereka. Maka, tidak seorang pun
mengetahui apa yang disembunyikan untuk mereka yaitu (bermacam-macam nikmat)
yang menyenangkan hati sebagai balasan terhadap apa yang mereka kerjakan.”
(as-Sajdah/32:16-17). Kemudian Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Maukah engkau aku jelaskan tentang pokok segala perkara, tiang-tiang, dan
puncaknya?” Aku berkata, “Mau, wahai Rasulullâh.” Beliau Shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda, “Pokok segala perkara adalah Islam, tiangnya adalah shalat,
dan puncaknya adalah jihad.” Kemudian Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda, “Maukah engkau aku jelaskan mengenai hal yang menjaga itu semua?” Aku
menjawab, “Mau, wahai Rasulullâh.” Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam
memegang lidahnya kemudian bersabda, “JAGALAH INI (lidah).” Aku berkata, “Wahai
Nabiyullâh, apakah kita akan disiksa karena apa yang kita katakan?” Beliau
Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Mudah-mudahan Allah Azza wa Jalla
menyayangi ibumu, wahai Mu’adz! bukanlah manusia terjungkir di neraka di atas
wajah mereka atau beliau bersabda: di atas hidung mereka melainkan dengan sebab
lisan mereka.” Diriwayatkan oleh at-Tirmidzi. Di shahihkan Al-albani)
Semoga saya dan anda termasuk
orang orang yang Allah mudahkan untuk menjaga lisan. Saya tidak sedang ceramah
tidak pula sedang menggurui.
Saya hanya ingin menasehati diri
sendiri dan pembaca, serta mengajak untuk tidak mengatakan sesuatu apupun atas
diri seseorang yang tidak engkau ketahui atas dirinya. Bisa jadi orang yang engkau
anggap hina justru mulia di sisi Allah dan sebaliknya orang yang engkau anggap
baik justru amat buruk dimata Allah. Dan jika engkau melihat keburukan atas
diri seseorang nasihatilah dengan cara yang benar dan baik sebagaimana yang
allah contohkan allah berfirman: “pergilah kamu berdua kepada fir’aun,
sesunguhnya ia telah melampaui batas. Maka berbicaralah kamu berdua kepadanya
dengan kata kata yang lemah lembut, mudah mudahan ia ingat dan takut”.(q.s.At-thoha:43-44).
Tentu saja telah kita ketahui bagaimana sifatnya fir’aun, selevel fir’aun saja
allah perintahkan nabi musa untuk menasihatinya secara lemah lembut, lalu
bagaimana dengan sesama muslim patutkah engkau cela?.
referensi penulisan:
referensi penulisan:
Buku “Allah pun
tertawa meihat kita” karya M.Husnaini
Buku “Panduan amal
sehari semalam” karya Abu ihsan Al atsari & Ummu Ihsan
Almanhaj.or.id
0 komentar:
Posting Komentar